Selasa, 09 Maret 2010

Stempel Khusus Menambah Populasi Burung Walet


Artikel ini merupakan pengalaman langsung dari seorang pakar walet dan beliau salah satu pengurus dari Appswi :

Ini pengalaman H Achmad Fatich Marzuki sebelum 2009. Peternak walet di Gresik itu harus bersabar selama 2 tahun hi ngga sirip-sirip di rumah walet barunya ditempeli liur emas. Namun kini setelah memakai stempel sarang, cukup 1 - 2 bulan untuk memikat walet bersarang.

Sejak setahun lalu Fatich memang getol menggunakan stempel sarang di rumah walet baru maupun rumah walet lama yang kurang produktif. ”Stempel sangat efektif memancing walet bersarang,” katanya. Prinsip kerja stempel ini mirip stempel biasa, tetapi cairan stempel bukan tinta melainkan cairan dari remukan sarang walet. Cairan yang dilarutkan memakai pelarut tertentu itu agak bening dan kental.

Bentuk stempel dibuat mirip bekas sarang walet yang habis dipanen dengan ukuran panjang 12 cm dan lebar 5 cm. Selanjutnya stempel berbahan kayu dan beralas busa padat itu dicapkan pada sirip-sirip. Nantinya Collocalia fuciphaga itu akan mengira tempat itu pernah digunakan sebagai tempat bersarang temantemannya.

Menurut pengamatan pria 66 tahun itu walet cenderung menyukai titik-titik yang sebelumnya pernah digunakan walet bersarang. “Ini terkait dengan rasa aman dan nyaman,” ujar Fatich. Stempel memang sebagai pemancing walet bersarang karena selanjutnya bila populasi walet mulai banyak, dengan sendirinya akan mengundang walet-walet lain datang dan membentuk koloni stabil.

Sarang imitasi

Teknologi memancing walet dengan stempel merupakan cara baru. Sebelumnya pada 1990-an, telah marak penggunaan nilon putih yang dibentuk menyerupai sarang. Sarang imitasi itu ditempelkan ke sirip dan disemprot cairan pemikat walet. Dengan cara ini keberhasilan walet bersarang mencapai 90%. Sayang saat itu teknologi ini terkendala biaya dan hasil panen. Satu lusin sarang imitasi Rp60.000 - Rp90.000. Sarang pun tipis dan kurang utuh karena harus dikeletek dari nilon. Bila dijual, harga sarang seperti itu lebih rendah daripada harga sarang normal.

Pada akhir 1998, Ade H Yamani, peternak walet di Majalengka, pernah memodifikasi cara itu dengan menggunakan bahan yang lebih murah. Caranya, ia membuat sarang imitasi dari karton kotak nasi, sehingga, biaya pembuatan 400 sarang hanya Rp20.000.

Karton dilekatkan ke sirip dengan paku. Sarang karton ini pun sebetulnya cukup efektif memancing walet bermalam. Terbukti dengan memasang 400 sarang imitasi, 320 sarang di antaranya di tempati walet. Sayang, sarang yang dihasilkan tidak utuh sehingga harganya juga jatuh. Saat harga sarang berkualitas baik Rp15-juta - 16-juta/kg, misalnya, sarang dari karton hanya dihargai Rp8-juta.

Dengan memakai stempel, persentase walet yang bersarang relatif lebih rendah dibanding sarang imitasi, yaitu sekitar 60%. Itu pun berlaku pada daerah yang populasi waletnya masih melimpah seperti di luar Jawa. ”Di Jawa dengan penggunaan stempel rata-rata efektivitasnya sekitar 30%,” kata Fatich. Hal ini memang tak lepas dari kondisi walet di Jawa yang populasinya terus menurun.

Tengoklah sejak 2005 produksi sarang walet di Jawa terutama di sentra seperti Pantura turun hingga 80%. Jadi wajar jika efektivitas pemakaian stempel relatif lebih rendah. Di Jawa, menurut Fatich walet terpancing setelah 1 - 2 bulan. ”Peternak lain di Tanjung Kelor, Kalimantan Timur, hanya butuh waktu 5 - 14 hari untuk memikat walet dengan stempel,” ujarnya.

Toh, stempel memiliki banyak keunggulan. Selain lebih ekonomis, karena 1 liter cairan seharga Rp75.000 - sudah termasuk stempel - bisa mencetak 1.000 cap, sarang walet yang dipanen juga utuh. Harap mafhum, stempel hanya dibuat untuk menimbulkan kesan tempat itu pernah dipakai walet bersarang. Walet terpikat karena cairan yang digunakan mengeluarkan aroma seperti liur walet. Soal sarang lebih utuh karena stempel hanya digunakan walet sebagai fondasi sarang.

Aplikasi teknologi stempel mudah. Pertama cairan dituangkan ke wadah yang di dalamnya diberi kain atau busa. Selanjutnya stempel ditutulkan ke busa basah dan dicapkan ke sirip. Untuk sekali tutul dapat dibuat 2 cap. Tidak ada ketentuan jumlah cap yang dibuat pada sirip. “Sesuai dengan keinginan kita saja, bisa berjarak rapat atau renggang,” kata Fatich. Meski demikian ada ancer-ancer yang harus dicermati. Jarak antarcap setidaknya 5 cm. Dalam satu ruangan berukuran 5 m x 4 m, misalnya, dapat dibuat 200 cap. Sayangnya stempel memiliki kelemahan yakni tidak tahan lama. Jadi bila cap belum dipakai walet bersarang, pengulangan pembuatan cap dilakukan setiap 2 - 3 pekan.

Kaca susu

Meski stempel terbukti dapat memancing walet bersarang, menurut Fatich kunci keberhasilan walet bersarang tetap bersandar pada kecintaan peternak pada walet. ”Kalau cinta, peternak akan menempuh berbagai cara agar bisa membuat walet merasa hidup nyaman di dalam rumah,” ujar pendiri Indonesian Walet Lover Family itu.

Fatich memakai istilah kaca susu untuk 5 hal yang terkait dengan keamanan dan kenyamanan walet. Kaca susu merupakan kependekan dari kelembapan, aroma, cahaya, suhu, dan suara. Kelembapan idealnya antara 80 - 90%. Toleransinya hingga 95%. Kelembapan terlalu tinggi menyebabkan sirip berjamur. Jika sirip berjamur sangat kecil kemungkinan walet mau bersarang meski memakai stempel sarang. Kelembapan terlalu rendah berdampak air liur walet mengering atau mengkristal di tenggorokan, sehingga walet sulit membuat sarang.

Rumah walet diusahakan beraroma walet supaya si liur emas tidak merasa asing di tempat itu. Kemudian cahaya dalam rumah walet tidak boleh terlalu terang, tetapi dikondisikan terdapat bagian-bagian agak terang dan bagian agak gelap. Suara walet lazim digunakan untuk memancing kedatangan walet ke rumah. Suhu dijaga di kisaran 26 - 29oC dan tidak boleh melebihi 30oC atau pun kurang dari 20oC. Jika semua syarat kaca susu dipenuhi, pemakaian stempel pun akan mempercepat memancing walet bersarang. (Tri Susanti/Peliput: Nesia Artdiyasa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar